Huruf Pallawa, Ini Sejarah dan 5 Prasasti yang Menggunakannya
4 mins read

Huruf Pallawa, Ini Sejarah dan 5 Prasasti yang Menggunakannya

Anda pasti sudah mendengar tentang huruf Pallawa yang menjadi penulisan sebagian besar prasasti dalam peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Sayangnya, masih banyak yang belum memahami pengertian, sejarah hingga perkembangannya.

Nah, supaya Anda bisa paham dan mengetahui semua hal tentang huruf Pallawa, yuk simak pembahasannya di bawah ini.

Jelaskan Apa Itu Huruf Pallawa yang Ada dalam Prasasti

Huruf Pallawa berkembang pada abad ke-6 sampai 9 di India Selatan dan menyebarkan pengaruhnya hingga ke Nusantara. Simak sejarah dan perkembangannya disini!

Mengutip dari buku Penyebaran Agama Buddha dan Peninggalan Sejarahnya di Indonesia oleh Ema Sujar Wati, huruf Pallawa terkenal juga sebagai Pallava atau Grantha. Aksara ini merupakan salah satu sistem tulisan kuno yang berkembang di India Selatan, sekitar abad 6 sampai 9 Masehi. Fungsi huruf ini adalah untuk menulis bahasa Tamil maupun Sansekerta yang namanya diambil dari Dinasti Pallawa sedang berkuasa kala itu.

Bentuk huruf Pallawa melibatkan garis-garis lengkung dan detail yang kompleks. Kemudian, menggabungkan konsonan dasar dengan matra (bunyi vokal) untuk melengkapi tulisannya.

Sistem tulisan ini menjadi bentuk awal dari adaptasi aksara Brahmi yang mengalami perubahan untuk memenuhi kebutuhan bahasa yang dipakai pada wilayah tersebut. Aksara Pallawa menjadi cikal bakal huruf Grantha yang lebih kompleks dan berpengaruh dalam sistem tulisan wilayah Asia Tenggara, termasuk nusantara.

Bagaimana Sejarah Tentang Sistem Tulisan Huruf Pallawa?

Huruf Pallawa mulai berkembang pada masa dinasti Pallawa yang berkuasa di India Selatan antara abad ke-6 sampai 9. Sistem tulisan ini berfungsi untuk menulis naskah-naskah keagamaan dan prasasti penting. Prasasti yang menggunakan huruf Pallawa banyak terlihat di wilayah Tamil Nadu dan sekitarnya.

Selanjutnya, huruf Pallawa mulai masuk ke Asia Tenggara melalui para pedagang India ke nusantara. Para pedagang serta penyebar agama Hindu Budha membawa sistem tulisan ini sebagai bagian dari pengaruh budaya mereka. Prosesnya terjadi bersamaan dengan perubahan jalur perdagangan dari darat ke laut.

Di Nusantara sendiri, huruf Pallawa mendapat adopsi sepenuhnya karena saat itu masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Aksara ini mulai mereka gunakan untuk mencatat berbagai hal, termasuk agama, hukum, hingga menandai awal masuknya masyarakat Indonesia ke zaman sejarah.

Walaupun pengaruh budaya India mendapat sambutan baik dari segala aspek, seperti seni, kepercayaan hingga arsitektur, tetapi tidak terjadi akulturasi dalam tulisan, melainkan adopsi. Huruf Pallawa menjadi dasar bagi perkembangan aksara lokal Indonesia, seperti aksara Bali dan Jawa Kuno.

Warisan huruf Pallawa tetap hidup dalam prasasti-prasasti yang tersebar ke berbagai wilayah Tamil Nadu dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tentunya, prasasti ini menjadi bukti nyata bahwa ada hubungan erat antara budaya India dan nusantara pada masa lampau.

Prasasti yang Menggunakan Huruf Pallawa dalam Tulisannya

Mengutip dari buku Tipografi: Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti oleh Indriana Maharsi, berikut beberapa prasasti di Nusantara yang menggunakan aksara Pallawa, yaitu:

1. Prasasti Kutai

Prasasti Kutai menjadi prasasti tertua yang ada di Nusantara. Ditulis pada abad ke-4 M, prasasti ini mencatat nama-nama raja Kutai menggunakan huruf Pallawa dengan gaya India Selatan yang khas. Nama-nama yang tercatat dalam prasasti antara lain Kudungga, Mulawarman dan Aswawarman, serta kegiatan keagamaan mereka.

2. Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ditemukan di Ciaruteun, Jawa Barat yang diperkirakan berada dari tahun 450 M (372 saka). Ini merupakan prasasti peninggalan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Dalam batu Ciaruteun, terdapat jejak tapak kaki yang diidentifikasi milik sang raja dan dianggap menyerupai tapak kaki Dewa Wisnu.

Teks prasastinya ditulis dalam bahasa Sanskerta menggunakan huruf Pallawa yang khas berbentuk syair pujian.

3. Canggal

Canggal ditemukan di Gunung Wukir, Jawa Tengah yang ada pada tahun 732 M. Isinya mencatat pendirian lingga oleh Raja Sanjaya dari Dinasti Sanjaya di bukit Kunjarakunja sebagai simbol keagamaan agama Siwa. Huruf yang mereka gunakan adalah Pallawa akhir dengan bentuk lebih sederhana, sehingga mudah terbaca.

4. Talang Tuwo

Talang Tuwo merupakan prasasti yang ditemukan di Sumatera Selatan pada 684 M. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan taman oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya. Tujuan pembuatan taman adalah sebagai tempat meditasi dan persembahan bagi kesejahteraan seluruh makhluk hidup. Huruf Pallawa yang ada dalam prasasti Talang Tuwo adalah aksara akhir yang bentuknya seragam dengan tinggi sama.

5. Yupa

Masih dari kerajaan Kutai, terdapat Yupa yang tulisannya menggunakan huruf Pallawa awal. Yupa merupakan tugu peringatan upacara kurban yang dibuat oleh Raja Mulawarman, anak dari Aswawarman yang tiada lain cucu Kudungga. Terdapat 7 tiang Yupa, salah satunya hadiah besar dari Raja Mulawarman kepada rakyatnya.

Proses Perubahan Huruf Pallawa Menjadi Aksara Jawa

Menurut informasi dari Portal Informasi Indonesia, awalnya masyarakat Nusantara mengadopsi aksara Pallawa secara penuh karena belum ada sistem tulisan. Seiring waktu, masyarakat mulai memodifikasi aksara ini dan pada abad ke-8 lahirlah aksara Kawi.

Aksara Kawi terus berkembang dari abad ke-8 hingga 10 Masehi. Memasuki era Kawi akhir, tepatnya abad ke-10 dan 13, aksara ini mengalami perubahan dan meninggalkan seluruh pengaruh Pallawa. Sehingga, terbentuklah aksara Jawa yang lebih sederhana dan mencerminkan ciri-ciri lokal yang kuat.